poltekkessurabaya.com – Banyak orang masih suka nyampuradukkan antara psikosis dan gangguan cemas. Padahal, dua kondisi ini punya perbedaan yang cukup jelas, terutama dalam hal cara berpikir dan merespons dunia sekitar. Sayangnya, karena gejalanya kadang tumpang tindih seperti rasa takut, gelisah, atau susah tidur, jadi nggak sedikit yang bingung membedakannya.
Kalau kamu atau orang terdekatmu pernah merasa cemas berlebihan, atau mulai kehilangan kontak sama realita, penting banget buat tahu perbedaannya. Dengan begitu, kamu bisa lebih cepat ambil langkah yang tepat—baik itu cari bantuan profesional atau mulai menerapkan teknik penanganan mandiri yang sesuai. Yuk, kita bahas satu per satu perbedaan antara psikosis dan gangguan cemas secara santai dan mudah dimengerti.
1. Tingkat Hubungan dengan Realitas
Perbedaan paling mencolok antara psikosis dan gangguan cemas adalah seberapa jauh seseorang masih terhubung dengan realita. Orang yang mengalami gangguan cemas biasanya masih bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang cuma kekhawatiran di kepalanya.
Sedangkan pada psikosis, seseorang bisa benar-benar percaya sama hal yang sebenarnya nggak nyata. Misalnya merasa dikejar, mendengar suara yang nggak didengar orang lain, atau percaya ada konspirasi besar yang menarget dirinya. Dalam hal ini, gangguan realitas lebih dominan di psikosis.
2. Gejala Halusinasi dan Delusi
Halusinasi dan delusi adalah dua gejala khas dari psikosis yang jarang ditemukan dalam gangguan cemas. Halusinasi bisa berupa suara-suara, bayangan, atau sensasi yang hanya dirasakan oleh penderita. Sementara delusi adalah keyakinan yang sangat kuat terhadap sesuatu yang salah, misalnya percaya bahwa dirinya punya kekuatan supranatural.
Pada gangguan cemas, gejala-gejalanya lebih fokus ke pikiran negatif atau rasa takut yang berlebihan, tapi masih dalam konteks yang bisa dijelaskan secara logis walau mungkin berlebihan.
3. Waktu Munculnya Gejala
Gangguan cemas biasanya muncul secara bertahap dan bisa dipicu oleh situasi tertentu, seperti tekanan kerja, masalah keluarga, atau trauma masa lalu. Gejalanya bisa naik-turun tergantung kondisi.
Sedangkan psikosis bisa muncul tiba-tiba, terutama jika dipicu oleh stres berat, kelelahan ekstrem, atau penggunaan zat tertentu. Perubahannya kadang drastis dan mengejutkan, seperti seseorang yang tiba-tiba ngomong sendiri atau terlihat seperti “hidup di dunia lain”.
4. Respons terhadap Dukungan
Orang yang mengalami gangguan cemas biasanya bisa merasa lebih baik setelah diajak bicara, diberi penguatan, atau diberikan ruang untuk menenangkan diri. Mereka juga cenderung terbuka terhadap saran dan bisa diajak diskusi tentang solusinya.
Sementara itu, penderita psikosis sering kali menolak bantuan atau merasa tidak butuh pertolongan karena mereka yakin banget dengan delusinya. Bahkan, mereka bisa merasa orang lain justru mengancam atau bersekongkol.
5. Dampak pada Fungsi Harian
Gangguan cemas memang bisa bikin aktivitas terganggu, seperti sulit tidur, kurang fokus, atau cepat lelah. Tapi secara umum, mereka masih bisa menjalani aktivitas harian meskipun dengan tekanan.
Sebaliknya, psikosis biasanya berdampak besar pada kehidupan sehari-hari. Penderita bisa kehilangan kemampuan untuk bekerja, berinteraksi, bahkan mengurus diri sendiri. Dalam kasus yang parah, mereka butuh perawatan intensif.
6. Cara Berpikir dan Berbicara
Gangguan cemas membuat seseorang sering terjebak dalam pikiran berulang atau “overthinking”, tapi biasanya masih bisa diajak ngobrol dengan alur yang masuk akal. Mereka bisa menjelaskan kenapa mereka takut atau cemas.
Sedangkan orang dengan psikosis bisa berbicara ngalor-ngidul, susah diikuti, bahkan campur antara satu topik dengan topik lain tanpa koneksi yang jelas. Cara berpikir mereka kadang terputus-putus dan nggak logis.
7. Respons terhadap Pengobatan
Gangguan cemas biasanya merespons baik terhadap terapi psikologis seperti CBT (Cognitive Behavioral Therapy), meditasi, dan kadang dibantu dengan obat anti-kecemasan. Banyak yang bisa pulih dengan pendekatan non-obat.
Di sisi lain, psikosis hampir selalu memerlukan bantuan medis berupa pengobatan antipsikotik dan terapi jangka panjang. Proses penyembuhannya juga lebih kompleks dan memerlukan pemantauan terus-menerus oleh tenaga profesional.
Penutup
Membedakan antara psikosis dan gangguan cemas memang nggak selalu mudah, tapi dengan memperhatikan ciri-ciri yang udah dibahas tadi, kamu bisa punya gambaran yang lebih jelas. Keduanya adalah kondisi serius yang butuh perhatian, tapi pendekatan penanganannya jelas berbeda.
Kalau kamu merasa mengalami salah satu dari dua kondisi ini, atau melihat tanda-tanda tersebut pada orang terdekat, jangan ragu buat cari bantuan. Di poltekkessurabaya.com, kami selalu dukung upaya untuk mengenali dan merawat kesehatan mental dengan cara yang ringan, ramah, dan nggak menakutkan. Ingat, memahami adalah langkah awal untuk peduli.